“Kenapa kamu sayang aku?”

1:56 PM Klenting Kinara 0 Comments

“Kenapa kamu sayang aku?”
Itu adalah pertanyaan periodik milik perempuan kepada pasangannya.
Jika kau lelaki maka mungkin kau akan bosan mendengar—dan menjawab, pertanyaan yang sama sambil berusaha memberikan jawaban yang berbeda. Kau akan bertanya-tanya mengapa perempuan begitu senang bertanya demikian secara berulang.
Barangkali kami pelupa. Atau barangkali kami insecure.
Atau barangkali, kami hanya ingin menjadi lebih baik untukmu.
Karena dengan mengetahui kenapa, kami bisa berusaha lebih baik melakukannya.

--

“Kenapa aku sayang kamu?”
Aku tertegun mendapat pertanyaan seperti itu.
Barangkali karena lelaki tidak biasa menanyakan pertanyaan yang membuatnya malu telah begitu drama dan sensitif serta menunjukkan insecurity.
Tapi justru, menanyakannya entah kenapa membuatku merasa ia nyaman dengan dirinya dan tidak pusing memikirkan perkara kecil seperti citra diri.
Aku menyenderkan punggung ke bantal persegi empuk di belakangku, mulai menerka-nerka.
“Kau tahu, perkara sayang ini mengingatkanku pada boneka-boneka merah muda berbagai bentuk di kamarku. Mereka memakan tempat dan mengoleksi debu di helai bulu-bulu sintetisnya. Membuatku alergi. Aku meletakkannya di sudut kamar, aku harus mencucinya tiap bulan. Mungkin lebih dari sepuluh, pemberian berbagai orang yang dulu berpikir aku senang warna merah muda ataupun boneka.”
Aku diam sebentar memandang keramaian di luar teras café, cahaya terik, orang-orang bergegas. Aku menyeruput cappuccino dingin di tanganku, kembali memandang si penanya, lalu melanjutkan.
“Tapi entah kenapa, setiap kali Mamaku ingin membuang mereka atau menyumbangkannya aku selalu melarang. Kataku: jangan, sayang.”
Ia terlihat seperti baru menangkap apa yang ingin kusampaikan. Kemudian katanya, “tapi bukankah itu agak berbeda? Itu adalah ungkapan sayang yang lain, yang tidak rela sesuatu milikmu diberikan pada orang lain.”
“Menurutmu begitu?” aku bertanya balik, “kurasa sayang padamu juga berarti aku tidak rela jika kau menjadi milik orang lain. Walaupun kau memberiku alergi dan aku harus repot-repot mencucimu tiap bulan, dan aku bahkan tak lagi melihat apa dari dirimu yang aku suka. Aku tetap tidak ingin melepasmu dari hidupku karena aku telah terbiasa hidup dengan kehadiranmu.
Barangkali, sayang adalah suatu keadaan terlanjur. Aku sudah terlanjur menerima ia yang aku sayang dan membiarkan detailnya kabur. Menjadi tidak lagi penting kenapa, menjadi penting aku tidak ingin melepaskanmu, begitu saja.”
Ah.
Dan aku tersenyum.
Aku sedang menjawab pertanyaanku sendiri.
Aku menatap wajah ia yang di depanku sedang tersenyum senang dan malu. Barangkali ia malu telah menjadi seorang yang memberiku alergi dan harus kucuci setidaknya sebulan sekali.
“Tapi kau tahu”, aku menyeruput cappuccino dingin-ku lagi, menghabiskannya dan meletakkannya di meja. “sebentar nanti aku pasti akan bertanya lagi padamu kenapa kau sayang aku.”

Barangkali memang perempuan mudah lupa.

*in response of youtube Raditya Dika "Diary Komedian - Kenapa Sayang Sama Aku"
https://www.youtube.com/watch?v=qguGJe9Rc80



0 comments: